Semaraknya Kesenian Surak Ibra

0
2700

Garut merupakan salah satu kota kecil di pulau jawa bagian barat, namun memiliki sejuta keindahan yang tersembunyi. Banyak hal yang bisa kita nikmati di kota yang dipegang oleh Bapak H. Rudy Gunawan (Bupati Garut) mulai dari kuliner, wisata, sejarah, hotel, hingga Budaya. Bicara soal budaya banyak sekali yang dapat kita pelajari di kota penghasil dodol ini, salah satunya ialah kesenian tradisional Surak Ibra. Kesenian ini terletak di sebelah timur garut, tepatnya di Kp Sindangsari Ds Cinunuk Kec Wanaraja. Pertama kali diciptakan pada tahun 1910 oleh Rd. Djadjadiwangsa putera Rd. Wangsa Muhammad (Pangeran Papak). Kesenian ini memiliki arti tersendiri yakni sebagai sindiran/protes kepada pemerintahan Belanda pada zaman dahulu yang selalu bertindak sewenang – wenang kepada warga pribumi dan keinginan masyarakat untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakat.

SurakIbra030711-2

Kesenian ini dahulunya dikenal oleh masyarakat Garut sebagai seni Boyongan atau Boboyongan dengan menampilkan salah satu masyarakat disana yang bernama Pa Ibra (seorang pendekar silat yang memiliki kharisma di Garut) sebagai tanda penghormatan. Kesenian ini dimainkan oleh 40 sampai 100 orang pemain yang di iringi dengan alat kesenian seperti angklung, kendang penca, kentongan, dog – dog dan lain sebagainya. Selama perkembangannya kesenian seperti ini tidak ada didaerah lain, maka dari itu kesenian ini dimasukan kedalam kategori seni pertunjukan rakyat khas Garut. Berikut ini adalah catatan mengenai tuturan riwayat mengenai Surak Ibra :

A. Pada tahun 1910, Boboyongan pernah dikembangkan oleh Bapak Eson, dan disebut dengan Surak Eson. Tetapi setelah tokoh masyarakat tersebut meninggal, Kesenian ini mulai meredup. Dan kembali berubah namanya menjadi Surak Ibra.

B. Pada zaman dahulu Kesenian Surak Ibra digelar saat para dalem (bupati) Garut mengadakan hajatan atau upacara hari-hari besar (khususnya hari Kemerdekaan Republik Indonesia)dan dikenal sebagai “Pesta Raja”. Terutama di daerah cinunuk, Garut, dimana semua warga berbondong – bondong berziarah ke makam cinunuk, untuk meningkatkan solidaritas dan menggalang persatuan antar warga. Kasepuhan Cinunuk membentuk sebuah organisasi yang bernama Himpunan Dalem Emas (HDE) yang ikut melestarikan kesenian tradisional Surak Ibra pada tanggal 30 Mei 1910. Namun karena pertimbangan bahwa Surak Ibra milik negara, maka pada tahun 1948 dibubarkan, dan kesenian ini dilanjutkan oleh aparat desa hingga sekarang.

C. Selanjutnya Surak Ibra kini diwarisi oleh Bapak Amo yang dipercayai oleh masyarakat sebagai sesepuh dalam memimpin Surak Ibra dari Garut, dan berubah namanya menjadi Surak Ibra Dewasa. Pada Tahun 2000 kesenian khas Garut ini memiliki sifat fleksibel sebagai potensi seni kemas yang kolosal, semua itu terbukti saat diundang dalam Pesta Seni di ITB. Pertunjukan ini sempat memukau para penonton Pesta Seni saat puluhan penari Surak Ibra Mengusung Patung Ganeca.

Pertunjukan Surak Ibra di Dominasi oleh sejumlah laki – laki. Dimulai dengan beberapa pemuda yang berbaris dengan formasi berbanjar sambil membawa obor menyala melakukan gerakan – gerakan silat. Setelah itu disusul oleh rombongan penari Surak Ibra (Biasanya sekitar 30 – 60 orang) dengan mengenakan kostum Pesilat (hanya tidak menggunakan warna hitam lagi, tetapi warna kuning dan merah) yang bergerak dengan penuh semangat sambil memperagakan gerakan – gerakan silat. Dari keseluruhan peserta terdapat seorang yang mengatur atau memberi komando, dengan instruksinya ini semua penari hingga musik pengiring semuanya serempak dalam satu irama. Disambung dengan teriakan sorak sorai (bhs. Sunda eak-eakan) yang begitu meriah, dan ketika mereka melakukan formasi lingkaran, salah satu dari mereka yang bertindak sebagai tokoh yang akan di angkat (boyong), lingkarang yang semakin sempit membuat tokoh tadi pasrah diangkat naik turun oleh penari Surak Ibra sambil di iringi musik dan sorak sorai yang semakin meriah. Setelah selesai mereka akan kembali ke formasi semula dan disebut dengan Helaran sambil di iringi dengan musik yang semakin bertabuh.

Secara umum musik pengiring surak ibra hampir sama dengan iringan musik Kendang Pencak, hanya saja didalam kesenian ini ada tambahan alat musik tradisional lainnya seperti angklung dan dogdog yang berfungsi sebagai pelengkap. Lagu – lagu yang biasa dibawakan dalam kesenian ini seperti Golempang, Padungdung, dll. Didalam pertunjukan Surak Ibra terdapat beberapa makna yang terkandung, diantaranya :

1. Makna Syukuran: masyarakat sebagai komunitas biasanya memiliki cara syukuran berdasarkan caranya yang diwariskan perintisnya. Sebagaimana halnya Surak Ibra, yang bertolak dari rasa penghormatan kepada karisma Bapak Ibra sebagai pendekar Silat yang disegani di Garut pada saat itu.

2. Makna teatrikal: tampilan Surak Ibra dengan jumlah pendukungnya lebih dari 60 orang, menunjukan peluang teatrikal, apalagi ketika adegan boboyongan naik turun dibarengi dengan sorak sorai serempak.

Itulah sedikit informasi mengenai Pertunjukkan Kesenian Surak Ibra dari Digarut.com yang menjadi salah satu Kesenian Budaya di Garut Jawa Barat. Semoga dapat membantu anda semua dalam menambah wawasan mengenai Budaya Garut, terima kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here